DJAROTISME
Oi! Oi! Oi! terima
kasih sudah membuka link tautan dari blog ini. Sebelumnya mari setel playlist
dengan lagu Anjing-anjing kapitalis dari Agitator, oke sip lanjut !. Mungkin
kalian saat ini sudah mulai bertanya-tanya apa itu Djarotisme ? apakah termasuk
dari pecahan komunis seperti halnya Komunis Leninisme dan Komunis Moisme ? atau
cabang dari Liberalis Kapitalisme ? atau ranting dari Nasional Sosialisme ala
Jerman(NAZI)? Atau bagi yang udah ter’busuk’i otaknya oleh propaganda zionis,
mengira bahwa Djarotisme merupakan organisasi sayap militer teroris dari Al
Qaeda atau Taliban.
Karena tujuan
kalian membuka link ini untuk mengetahui Djarotisme bukan untuk menerka-nerka
maka akan aku jabarin di kalimat setelah ini. *Sruput Jahe Panas. Sebenarnya
Djarotisme hanya sebuah kesimpulan yang aku ambil dari seluruh pelajaran yang
di ajarkan oleh Guru Sejarahku yang bernama Djarot Prijono eks aktivis
mahasiswa di era penggulingan manusia rasis yaitu Soeharto dari tampuk
kekuasaannya. Jadi, kedudukan ku saat bikin artikel ini sama dengan Lenin yang
menyimpulkan konsep pemikiran Karl Marx dan menghasilkan Komunis Leninisme.
Dalam Djarotisme
kebanyakan mengkritisi tentang berbagai macam hal mulai dari kehidupan sehari-hari
sampai ke ranah politik. Seperti kita sebagai negera kepulauan mempunyai konsep
yang salah dalam bermasyarakat, dimana menggunakan konsep masyarakat pedalaman
daripada masyarakat pesisir, jadi lebih tertutup dalam hal perubahan. Maka
tidak heran kalau ada anggota masyarakat yang berbeda langsung di cemooh,
sehingga menjadikan wadah kreativitas masyarakat tidak ada. Selain itu beliau
juga menentang sistem desentralisasi saat Orba, di mana Pendapatan Asli Daerah
sebesar 70% wajib di setor ke pusat yang kemudian akan di sebar lagi ke daerah
yang penduduknya banyak. Jadi, otomatis daerah di luar jawa hanya mendapat
bagian APBN yang sedikit meskipun PAD yang di setor banyak, sehingga tidak
heran kalau yang berkembang selama 32tahun hanya pulau jawa, maka wajar kalau
Aceh dan Papua sangat gencar ingin melepaskan diri dari NKRI saat Orba. Setelah
sistem desentralisasi, master planning country pun di kritisi oleh beliau.
Dimana seharusnya objek pembangunan di sebar di seluruh bumi pertiwi, jangan
hanya seputar jawa, sehingga jangan sampai orang yang tinggal di Papua hanya
untuk membeli sikat gigi harus ke Jawa. Caranya seperti markas militer di
tempatkan di Kalimantan supaya Malaysia tidak berani bikin provokasi,lalu Pusat
pemerintahan di pindah ke Sulawesi supaya berada di tengah-tengah Nusantara, dan
Pusat Industri di pindah ke Papua supaya mereka juga dapat merasakan
pembangunan, serta Pusat Pendidikan di pindahkan ke Sumatra dan biarkan pusat
hiburan berada di Jawa. Sistem ekonomi pun tidak luput beliau koreksi, di mana
kita yang mengaku ber ekonomi pancasila dan berasas atas kekeluargaan, tapi
fakta di lapangan sangat kapitalis bahkan melebihi Amerika Serikat sendiri.
Buktinya sejak SMP kita sudah di cekoki oleh paham busuk ekonomi kapitalis
bukan ekonomi pancasila, mulai dari Ketenaga kerjaan, Pajak, Saham, Badan Usaha
dll semuanya berasal dari paham kapitalis seperti David Ricardo, bukan pahamnya
Bung Hatta tentang Koperasi. Aneh Bukan ? Dalam Sistem Ekonomi kita sudah
labil, dan ternyata Sistem Politik juga labil. Demokrasi yang di terapkan
kebablasan, partai politik mencapai angka 40an lebih di tahun 2009 dan Sekte
menyimpang yang melecehkan sebuah agama di biarkan dengan bermodalkan dalih
Demokrasi. Selain itu gerakan Non-Blok yang di canangkan para pendiri bangsa,
sejak pemerintahan Soeharto sampai sekarang sudah tidak di taati dengan menjadi
Kacung AS. Tapi, dalam perpolitikan Indonesia tempo dulu setidaknya ada yang dapat
kita banggakan, dimana kita sangat dewasa dalam demokrasi bernegara. *Demokrasi
itu kan di tentukan oleh suara mayoritas ?tapi, di Indonesia tempo dulu
demokrasi adalah Musyawarah Mufakat, sebagai contoh bahasa yang di gunakan
adalah bahasa melayu bukan bahasa jawa yang memiliki jumlah pelafal lebih
banyak, dan ideologi yang di gunakan bukan Syariah Islamiyah meskipun penduduk
kita mayoritas Islam. Jadi, yang lebih pantas di sebut sebagai Bapak Demokrasi
dunia itu Indonesia bukan Amerika Serikat.
Demikian
penjabaran tentang Djarotisme, semoga ada yang tercerahkan setelah membaca
artikel ini. Dan, meskipun saya telah menjabarkan konsep Djarotisme tapi
ideologi yang selalu tertanam di hati saya hanya Khilafah Islamiyah.
Big Cheers and Keep Sound Rude !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar