jumlah pengunjung blog ini

Rabu, 06 Maret 2013

DJAROTISME


DJAROTISME

Oi! Oi! Oi! terima kasih sudah membuka link tautan dari blog ini. Sebelumnya mari setel playlist dengan lagu Anjing-anjing kapitalis dari Agitator, oke sip lanjut !. Mungkin kalian saat ini sudah mulai bertanya-tanya apa itu Djarotisme ? apakah termasuk dari pecahan komunis seperti halnya Komunis Leninisme dan Komunis Moisme ? atau cabang dari Liberalis Kapitalisme ? atau ranting dari Nasional Sosialisme ala Jerman(NAZI)? Atau bagi yang udah ter’busuk’i otaknya oleh propaganda zionis, mengira bahwa Djarotisme merupakan organisasi sayap militer teroris dari Al Qaeda atau Taliban.
Karena tujuan kalian membuka link ini untuk mengetahui Djarotisme bukan untuk menerka-nerka maka akan aku jabarin di kalimat setelah ini. *Sruput Jahe Panas. Sebenarnya Djarotisme hanya sebuah kesimpulan yang aku ambil dari seluruh pelajaran yang di ajarkan oleh Guru Sejarahku yang bernama Djarot Prijono eks aktivis mahasiswa di era penggulingan manusia rasis yaitu Soeharto dari tampuk kekuasaannya. Jadi, kedudukan ku saat bikin artikel ini sama dengan Lenin yang menyimpulkan konsep pemikiran Karl Marx dan menghasilkan Komunis Leninisme.
Dalam Djarotisme kebanyakan mengkritisi tentang berbagai macam hal mulai dari kehidupan sehari-hari sampai ke ranah politik. Seperti kita sebagai negera kepulauan mempunyai konsep yang salah dalam bermasyarakat, dimana menggunakan konsep masyarakat pedalaman daripada masyarakat pesisir, jadi lebih tertutup dalam hal perubahan. Maka tidak heran kalau ada anggota masyarakat yang berbeda langsung di cemooh, sehingga menjadikan wadah kreativitas masyarakat tidak ada. Selain itu beliau juga menentang sistem desentralisasi saat Orba, di mana Pendapatan Asli Daerah sebesar 70% wajib di setor ke pusat yang kemudian akan di sebar lagi ke daerah yang penduduknya banyak. Jadi, otomatis daerah di luar jawa hanya mendapat bagian APBN yang sedikit meskipun PAD yang di setor banyak, sehingga tidak heran kalau yang berkembang selama 32tahun hanya pulau jawa, maka wajar kalau Aceh dan Papua sangat gencar ingin melepaskan diri dari NKRI saat Orba. Setelah sistem desentralisasi, master planning country pun di kritisi oleh beliau. Dimana seharusnya objek pembangunan di sebar di seluruh bumi pertiwi, jangan hanya seputar jawa, sehingga jangan sampai orang yang tinggal di Papua hanya untuk membeli sikat gigi harus ke Jawa. Caranya seperti markas militer di tempatkan di Kalimantan supaya Malaysia tidak berani bikin provokasi,lalu Pusat pemerintahan di pindah ke Sulawesi supaya berada di tengah-tengah Nusantara, dan Pusat Industri di pindah ke Papua supaya mereka juga dapat merasakan pembangunan, serta Pusat Pendidikan di pindahkan ke Sumatra dan biarkan pusat hiburan berada di Jawa. Sistem ekonomi pun tidak luput beliau koreksi, di mana kita yang mengaku ber ekonomi pancasila dan berasas atas kekeluargaan, tapi fakta di lapangan sangat kapitalis bahkan melebihi Amerika Serikat sendiri. Buktinya sejak SMP kita sudah di cekoki oleh paham busuk ekonomi kapitalis bukan ekonomi pancasila, mulai dari Ketenaga kerjaan, Pajak, Saham, Badan Usaha dll semuanya berasal dari paham kapitalis seperti David Ricardo, bukan pahamnya Bung Hatta tentang Koperasi. Aneh Bukan ? Dalam Sistem Ekonomi kita sudah labil, dan ternyata Sistem Politik juga labil. Demokrasi yang di terapkan kebablasan, partai politik mencapai angka 40an lebih di tahun 2009 dan Sekte menyimpang yang melecehkan sebuah agama di biarkan dengan bermodalkan dalih Demokrasi. Selain itu gerakan Non-Blok yang di canangkan para pendiri bangsa, sejak pemerintahan Soeharto sampai sekarang sudah tidak di taati dengan menjadi Kacung AS. Tapi, dalam perpolitikan Indonesia tempo dulu setidaknya ada yang dapat kita banggakan, dimana kita sangat dewasa dalam demokrasi bernegara. *Demokrasi itu kan di tentukan oleh suara mayoritas ?tapi, di Indonesia tempo dulu demokrasi adalah Musyawarah Mufakat, sebagai contoh bahasa yang di gunakan adalah bahasa melayu bukan bahasa jawa yang memiliki jumlah pelafal lebih banyak, dan ideologi yang di gunakan bukan Syariah Islamiyah meskipun penduduk kita mayoritas Islam. Jadi, yang lebih pantas di sebut sebagai Bapak Demokrasi dunia itu Indonesia bukan Amerika Serikat.
Demikian penjabaran tentang Djarotisme, semoga ada yang tercerahkan setelah membaca artikel ini. Dan, meskipun saya telah menjabarkan konsep Djarotisme tapi ideologi yang selalu tertanam di hati saya hanya Khilafah Islamiyah.
Big Cheers and Keep Sound Rude !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar